EVALUASI KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN

PENDAHULUAN­­­­

Perpustakaan merupakan pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan layanan jasa lainnya. Perpustakaan itu sendiri dapat beroperasi dengan melakukan pengadaan dan pengolahan, serta memberikan layanan-layanan bagi pemustakanya.[1] Adapun pengertian lain dari perpustakaan yaitu, suatu ruangan, bagian dari gedung/ bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca.[2]

Keberadaan, peranan, tugas dan fungsi perpustakaan yang dilaksanakan oleh perpustakaan dimaksudkan untuk melayani masyarakat pemakai (pemustaka). Pada umumnya layanan perpustakaan bersifat sosial atau nirlaba, karena tidak untuk mencari keuntungan materi atau bersifat komersial, meskipun didalamnya tidak menutup kemungkinan memerlukan biaya.[3]

Dalam dunia perpustakaan, kualitas pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diwujudkan, karena merupakan ujung tombak perpustakaan. Seperti yang disampaikan Soeatminah (1992), yang mengatakan bahwa baik dan tidaknya perpustakaan tergantung bagaimana pelayanannya, sebab bagian pelayanan inilah yang berhubungan langsung dengan pengguna perpustakaan langsung. Oleh sebab itu, kegiatan pelayanan dalam organisasi apapun termasuk didalamnya perpustakaan, harus senantiasa memperhatikan kualitas pelayanannya. Karena hal ini menjadi tolak ukur dan first image bagi sebuah organisasi. Apakah organisasi itu baik atau buruk, semuanya sangat bergantung dari bagaimana pelayanannya.

RUMUSAN MASALAH

  • Apa yang dimaksud dengan Service Quality (kualitas pelayanan)?
  • Bagaimana evaluasi yang dilakukan untuk memberikan penilaian pada kualitas pelayanan perpustakaan?

Service Quality (kualitas pelayanan)

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan dalam proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain, oleh karena itu pelayanan merupakan suatu proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan. Ini berarti bahwa pelayanan berlangsung tidak hanya satu kali melainkan berkali-kali, sehingga user (pengguna) dapat merasakan perbedaan antara pelayanan ketika pertama datang ke perpustakaan, dengan pelayanan untuk yang kedua kali dan seterusnya. Berbeda dengan pendapat yang sebelumnya, Sagimun dan Purwati  mengatakan bahwa pelayanan merupakan pemenuhan kebutuhan untuk para anggotanya, baik pemenuhan material maupun spiritual. Itu artinya bahwa kepuasan dari pengguna layanan adalah ketika kebutuhan para pengguna dapat dipenuhi oleh perpustakaan tersebut.

Continue reading “EVALUASI KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN”

EVALUASI PENDIDIKAN PENGGUNA DAN LITERASI INFORMASI  

 

PENDAHULUAAN 

Sebuah Perpustakaan yang baik tentu harus dapat menyediakan informasi dan ilmu pengetahuan ke semua pengguna agar dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan aktifitas. Untuk itu Perpustakaan perlu mengadakan, menghimpun, mengolah, menyimpan dan melayankan koleksinya yang berisi informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Mengingat arti penting perpustakaan bagi Penggunanya maka perlu diadakan suatu kegiatan yang memperlihatkan dan menjelaskan manfaat penting Perpustakaan bagi seluruh pengguna perpustakaan. Hal yang sering terjadi adalah bahwa kemampuan pengguna dalam memanfaatkan Perpustakaan merupakan dasar yang amat penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Selain itu Perpustakaan diharapkan mampu untuk mendidik penggunanya untuk tertib dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan semua koleksinya secara maksimal. Dengan demikian Perpustakaan akan berfungsi secara optimal apabila penggunanya dapat mengetahui dengan baik dan cepat dimana dan bagaimana cara menemukan sumber informasi yang mereka butuhkan.

Literasi informasi (information literacy) telah menjadi fokus perhatian utama dunia pendidikan, khususnya perpustakaan Amerika sejak era delapan puluhan. Menurut American Library Association (ALA), Literasi informasi merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki setiap warga dan berkontribusi dalam mencapai pembelajaran seumur hidup. Kompetensi dalam information literacy bukan hanya sekedar pengetahuan di kelas formal, tetapi juga praktek langsung pada diri sendiri dalam lingkungan masyarakatnya. Literasi informasi juga sangat diperlukan dalam setiap aspek kehidupan manusia, dan itu berlangsung seumur hidup.Literasi informasi menambah kompetensi masyarakat dengan mengevaluasi, mengorganisir dan menggunakan informasi.[1]

EVALUASI PENDIDIKAN PENGGUNA

  1. Pendidikan Pengguna

Dalam bahasa Inggris ada bermacam-macam istilah yang dipakai untuk mendefinisikan pendidikan pengguna diantaranya user education (pendidikan pengguna, bimbingan pengguna), library orientation (orientasi perpustakaan, penyuluhan perpustakaan), library instruction (pengajaran perpustakaan), bibliographic instructionlibrary use instruction, dan user guidance. Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi pendidikan pengguna,

  1. Hazel Mews

“ ….. instruction given to readers to help them make the best use of a library.”. Pendidikan Pengguna adalah instruksi yang diberikan kepada pemakai agar mereka dapat menggunakan perpustakaan dengan baik.

  1. Renford and Hendrickson

“ …..encompass all activities designed to teach the user about library resources and research techniques”. Pendidikan pengguna adalah cara suatu kegiatan pengajaran dengan menggunakan berbagai sumber perpustakaan dan cara-cara penelitian

  1. Malley

“….a process whereby the library user is firstly made aware of the extend and number of the library s resources, of its services and of the information sources available to him or her, and secondly taught how to use these resources, servicces and sources”. Pendidikan pengguna adalah suatu proses dimana pengguna perpustakaan untuk pertama kali diberi pemahaman dan pengertian sumber-sumber perpustakaan, termasuk pelayanan dan sumber-sumber informasi yang saling terkait, bagaimana menggunakan sumber-sumber tersebut, bagaimana pelayanannya dan di mana sumbernya. Dalam pendidikan pengguna, Malley (1984) membedakan pendidikan pengguna ke dalam dua hal yaitu library orientation dan library instruction. Orientasi perpustakaan bertujuan untuk mengenalkan pengguna akan keberadaan perpustakaan dan layanan apa saja yang tersedia di perpustakaan juga memungkinkan pengguna mempelajari secara umum bagaimana menggunakan perpustakaan, jam buka, letak koleksi tertentu dan cara meminjam koleksi perpustakaan.

Tujuan Pendidikan Pengguna

Tujuan utama diadakannya kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan adalah untuk memperkenalkan ke pemakai bahwa perpustakaan adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat koleksi dan sumber informasi lain.

Menurut Rahayuningsih, ada bermacam-macam tujuan yang hendak dicapai, diantaranya adalah :

  • Agar pemakai menggunakan perpustakaan secara efektif dan efisien.
  • Agar pemakai dapat menggunakan sumber-sumber literatur dan dapat menemukan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
  • Memberi pengertian kepada pengguna akan tersedianya informasi di perpustakaan dalam bentuk tercetak atau tidak.
  • Memperkenalkan kepada pengguna jenis-jenis koleksi dan ciri-cirinya.
  • Memberikan latihan atau petunjuk dalam menggunakan perpustakaan dan sumber-sumber informasi agar pengguna mampu meneliti suatu masalah, menemukan materi yang relevan , mempelajari dan memecahkan masalah.
  • Mengembangkan minat baca penggunanya
  • Memperpendek jarak antara pustakawan dengan penggunanya

Continue reading “EVALUASI PENDIDIKAN PENGGUNA DAN LITERASI INFORMASI  “

EVALUASI PENGGUNA DAN NON PENGGUNA PERPUSTAKAAN

 

Pendahuluan

Pengguna atau pemakai perpustakaan merupakan faktor penting dalam sebuah perpustakaan. Definisi pengguna atau pemakai perpustakaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan yaitu : “Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan” selain itu definisi lain menyebutkan pengguna adalah orang atau badan yangakan menggunakan perpustakaan. Pengguna perpustakaan dapat di katagorikan menjadi 2, yaitu : Pengguna Potensial dan Pengguna Aktual. Pengguna Potensial adalah masyarakat atau mereka yang belum sempat datang dan memanfaatkan jasa layanan perpustakaan, sedangkan yang dimaksud dengan Pengguna Aktual adalah mereka yang sudah biasa memanfaatkan jasa perpustakaan apapun bentuk layanannya.

Perpustakaan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang Pengguna Potensial dan Pengguna Aktual  di masyarakat atau di lingkungan akademik hal ini dapat membantu perpustakaan dalam memahami kebutuhan informasi mereka. informasi ini terkumpul saat perpustakaan terlibat dalam proses perencanaan.

Rumusan Masalah

Analsis yang sering digunakan dalam evaluasi di perpustakaan biasanya dilihat dari pengguna yang sering menggunakan dan tidak mengguanakan perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan menggunakan pertanyaan untuk evaluasi sebagai berikut:

  1. Apakah karakteristik dari orang-orang yang menggunakan perpustakaan “kadang-kadang” dengan mereka yang menggunakannya lebih sering?
  2. Apa saja yang digunakan oleh pelanggan perpustakaan? Apakah karakteristik mereka yang tidak menggunakan perpustakaan?
  3. Bagaimana pengaruh lokasi geografis oleh pengguna perpustakaan? Apa jasa yang menarik agar pengguna lebih banyak menggunakan perpustakaan? 
    1. metode Evaluasi

Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation, yang berarti proses penilaian. Secara Umum pengertian evaluasi ialah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya.

Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Evaluasi juga diartikan sebagai penilaian : Hasil ( yang hingga saat ini belum diperoleh), Mengevalusi berarti memberikan penilaian; menilai.

Continue reading “EVALUASI PENGGUNA DAN NON PENGGUNA PERPUSTAKAAN”

ANALISIS DATA

  1. Pengertian Analisis Data

Data ialah bahan mentah yang perlu di olah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sementara perolehan data seyogyanya relevan, artinya data yang ada hubungannya langsung dengan masalah penelitian. Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan penelitian, karena kekeliruan memilih analisis dan perhitungan akan berakibat fatal pada kesimpulan, generalisasi atau interpretasi. Jenis data menurut jenisnya ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah pengumpulan data sangat bervariasi bentuknya tergantung dari bagaimana data yang terkumpul akan diorganisasikan.

Analisa data berasal dari gabungan dari dua buah kata yaitu “analisis” dan “data”. Analisis merupakan evaluasi dari sebuah situasi dari sebuah permasalahan yang dibahas, termasuk didalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan sudut pandang, sehingga tidak jarang ditemui permasalah besar dapat dibagi menjadi komponen yang lebih kecil sehingga dapat diteliti dan ditangani lebih mudah, sedangkan data adalah fakta atau bagian dari fakta yang mengandung arti yang dihubungkan dengan kenyataan, simbol-simbol, gambar-gambar, kata-kata, angka-angka atau huruf-huruf yang menunjukkan suatu ide, obyek, kondisi atau situasi dan lain-lain. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia (Suharto dan Iryanto, 1996), analisa yaitu uraian, kupasan dan data yaitu fakta atau fenomena yang sifatnya mentah belum dianalisis, seperti angka, nama dan sebagainya. Data merupakan kumpulan dari nilai-nilai yang mencerminkan karakteristik dari individu-individu dari suatu populasi. Data bisa berupa angka, huruf, suara maupun gambar. Dari data ini diharapkan akan diperoleh informasi sebesar-besarnya tentang populasi.

Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Langkah pertama dalam analisa adalah membagi data atas kelompok atau kategori-kategori. Kategori tidak lain dari bagian-bagian. Beberapa ciri dalam membuat kategori, adalah sebagai berikut :

  • Kategori harus dibuat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
  • Kategori harus lengkap.
  • Kategori harus bebas dan terpisah.
  • Tiap kategori harus berasal dari satu kaidah klasifikasi.
  • Tiap kategori harus dalam satu level.

Kategori harus sesuai dengan masalah penelitian, sehingga kategori tersebut dapat mencapai tujuan penelitian dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, analisa yang dibuat akan sesuai dengan keinginan untuk memecahkan masalah. Kategori yang dibuat juga harus dapat menguji hipotesa yang dirumuskan. Kategori harus lengkap, yang berarti bahwa semua subjek atau responden harus termasuk ke dalam kategori tersebut. Kategori juga harus bebas dan terpisah nyata. Tiap individu atau objek harus termasuk dalam satu kategori saja. Peneliti harus dapat membuat variabel sedemikian rupa sehingga tiap objek dapat dimasukkan dalam satu kategori, dan hanya satu kategori saja

  1. Tujuan Analisis Data

Tujuan analisa data, antara lain sebagai berikut :

  • Data dapat diberi makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian
  • Memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian
  • Untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian
  • Bahan untuk membuat keseimpulan serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.

Continue reading “ANALISIS DATA”

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Pendahuluan

Terdapat berbagai macam metode yang dapat dilakukan untuk melakukan suatu penelitian, satah satu diantaranya ialah metode kuantitatif. Sebelum menjelaskan apa itu metode kuantitatif, terlebih dahulu akan dibahas arti dari metode itu sendiri. Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode ini sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Metode merupakan suatu cara yang ditempuh untuk meneliti suatu penelitian. Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris research yang artinya adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan.

Menururt Punch (1988: 4) metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris di mana data adalah dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/ angka. Penelitian kuantitatif memerhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik. Metode penelitian kuantitatif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantitatif menggunakan sisi pandangannya untuk mempelajari subyek yang ia teliti.

Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif hendaknya tidak dilawankan, melainkan dikontraskan. Kontras ini diperlukan untuk melihat keunggulan dan kelemahannya masing-masing dalam memecahkan masalah dan atau dalam pengembangan teori. Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif masing-masing berkembang berdasarkan paradigma tertentu (yang berbeda) yang menjadi acuannya.

Jenis penelitian apa yang harus digunakan, selalu didasarkan pada masalah yang diteliti, bukan ditetapkan jenis penelitiannya dulu baru ditetapkan masalahnya. Hal ini disebabkan karena adanya kenyataan bahwa penelitian itu dilakukan karena ada masalah. Alasan pemilihan suatu metode, tentunya didasarkan pada kesesuaiannya dengan masalah penelitian, tujuan penelitian, serta prosedur penelitian yang cocok, hasil yang diharapkan, dan kondisi kelompok sasaran atau objek penelitiannya.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas di makalah ini, yaitu:

  1. Apa ciri ciri dari metode kuantitatif?
  2. Apa metode pengumpulan data dalam metode kuantitatif?
  3. Apa kekurangan dan kelebihan dengan menggunakan metode kuantitatif?
  4. Jelaskan contoh kerangka laporan yang menggunakan metode kuntitatif!

Isi

  1. Ciri-ciri etode Kuantitatif

Penelitian kuantitatif memiliki beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut:

  1. Tujuan penelitian

Penelitian kuantitatif memiliki tujuan mengeneralisasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti.

  1. Pendekatan

Penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis. Peneliti menggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melalui instrumen formal untuk melihat interaksi kausalitas. Peneliti mencoba mereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya ia melakukan analisis terhadap komponen penelitian (variabel). Penarikan kesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsensus. Bahasa penelitian dikemas dalam bentuk laporan.

  1. Peran peneliti

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian yang tidak terpengaruh dan memihak (obyektif).

  1. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekuensi tinggi
  2. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik  dan dapat di generealisasi.
  3. Penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivistik-ilmiah

Segala sesuatu dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara obyektif yang mengarah kepada kepastian dan kecermatan (Sunarto, 1993: 3). Karena itu, paradigma ilmiah-positivisme melahirkan berbagai bentuk percobaan, perlakuan, pengukuran dan uji-uji statistik.

  1. Penelitian kuantitatif sering bertolak dari teori.

Sehingga bersifat reduksionis dan verifikatif, yakni hanya membuktikan teori (menerima atau menolak teori).

  1. Penelitian kuantitatif  khususnya eksperimen, dapat menggambarkan sebab-akibat.
  2. Waktu pengumpulan dan analisis data sudah dapat dipastikan

Peneliti dapat menentukan berbagai aturan yang terkait dengan pengumpulan data, jumlah tenaga yang diperlukan, berapa lama pengumpulan data akan dilakukan, dan jenis data yang akan dikumpulkan sesuai hipotesis yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan instrumen yang sudah baku dan sudah dipersiapkan. Demikian halnya model analisis data, uji-uji statistik, dan penyajian data, termasuk tabel-tabel yang akan dipergunakan sudah dapat ditentukan.Biasanya metode ini berbentuk studi kasus.

Continue reading “METODE PENELITIAN KUANTITATIF”

METODE PENELITIAN KUALITATIF

 

  1. Pendahuluan

Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal, 1995). Poerwandari (2007) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Definisi di atas menunjukkan beberapa kata kunci dalam penelitian kualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam penelitian kualitatif oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih berfokus pada proses dari pada hasil akhir.

Metode penelitian kualitatif sangat membantu ketika mencoba untuk lebih memahami hubungan yang kompleks antara dan antara variabel. Metode kualitatif telah disebut “penelitian naturalistik” karena mungkin untuk mengembangkan multitafsir realitas. Metode kualitatif menggunakan sampel yang lebih kecil, yang berarti bahwa membuat generalisasi jauh lebih sulit. Data kualitatif dapat mencakup interaksi antara individu, kelompok, dan organisasi serta menggambarkan fenomena. Metode kualitatif digunakan untuk mendefinisikan “mengapa”, sedangkan alat kuantitatif digunakan untuk mendefinisikan “apa” dan “berapa banyak.” Sementara metode kualitatif telah digunakan dalam beberapa evaluasi proyek-proyek layanan perpustakaan, lebih sering metode kuantitatif bekerja.

Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic.

  1. Analisis dan Interpretasi Data

Metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma  naturalistik-interpretatif  Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis, serta post-modernisme seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida ( Cresswell, 1994).

“Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, metode penelitian mempunyai pula asumsi paradigmatik. John W. Cresswell menilik beberapa dimensi asumsi paradigmatik yang membedakan penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Dimensi-dimensi tersebut mencakup ontologis, epistemologis, axiologis, retorik, serta pendekatan metodologis. Secara ontologis, peneliti kuantitatif memandang realitas sebagai “objektif” dan dalam kacamata “out there”,  serta independen dari dirinya. Sementara itu, peneiliti kualitatif memandang realitas merupakan hasil rekonstruksi oleh individu yang terlibat dalam situasi sosial. Secara epistemologis, peneliti kuantitatif  bersikap independen dan menjaga jarak (detachment) dengan realitas yang diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens dengan realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau penggunaan bahasa, penelitian kuantitatif biasanya menggunakan bahasa-bahasa penelitian yang bersifat formal dan impersonal melalui angka atau data-data statistik. Penelitian kualitatif kerap ditandai penggunaan bahasa informal dan personal seperti “understanding”, “discover”, dan “meaning”. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan. Sehingga penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena sosial (Creswell, 1994: 4-7).

  1. Penelitian Kualitatif

Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. Karakteristik Penelitian Kualitatif :

  • Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik).
  • Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument).
  • Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama.
  • Analisis data secara induktif.
  • Proses lebih berperanan penting daripada hasil.
  • Penelitian dibatasi oleh fokus.
  • Desain penelitian bersifat sementara.
  • Laporan bernada studi kasus.
  • Interpretasi ideografik.

Kekuatan Penelitian Kualitatif adalah mereka dapat menyediakan: (a) Sensitivitas dari kebutuhan dan pengaruh pada layanan perpustakaan yang lebih besar dari kehidupan pemustaka, (b) pemahaman tentang bagaimana respon layanan perpustakaan untuk merubah lingkungan dan berbagai kelompok pemustaka, (c) Penyadaran terhadap waktu dan sejarah, (d) Sebuah pemahaman konteks yang lebih baik dari program atau layanan perpustakaan, (e) Kesempatan untuk membenamkan seorang pengobservasi tanpa pendapat yang diambil sebelumnya untuk pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sedang terjadi, (f) Fleksibilitas dari perspektif yang lebih besar.

  1. Metode Pengumpulan Data

Setidaknya, terdapat lima jenis metode penelitian kualitatif yang banyak dipergunakan, yaitu: (1) observasi  terlibat;  (2)  analisa  percakapan;  (3) analisa wacana; (4) analisa isi; dan (5) pengambilan data ethnografis. Observasi terlibat biasanya melibatkan seorang peneliti kualitatif langsung dalan setting sosial. Ia mengamati, secara lebih kurang “terbuka”, di dalam aneka ragam keanggotaan dari peranan-peranan subjek yang ditelitinya (Gubrium et.al., 1992: 1577). Analisa percakapan pada umumnya memusatkan perhatian pada percakapan dalam sebuah interaksi. Peneliti memperhatikan analisa dari kompetensi-kompetensi komunikatif yang mendasari aktivitas sosial sehari-hari (Gubrium et.al.,, 1992:  1577).

Discourse analysis lebih tertarik pada penggunaan bahasa. Peneliti, dalam kaitan ini, mempunyai perhatian yang besar pada praktek dan kontekstualitas (Gubrium et.al., 1992: 1577). Content analysis (analisa isi) mengkaji dokumen-dokumen berupa kategori umum dari makna. Peneliti dapat menganalisis aneka ragam dokumen, dari mulai kertas pribadi (surat, laporan psikiatris) hingga sejarah  kepentingan manusia (Gubrium  et.al.,  992:  577).  Pengambilan data ethnografis relatif tidak terstruktur. Peneliti biasanya  memfokuskan diri pada penggalian tekstur dan alir pengalaman-pengalaman selektif dari responden melalui proses interaksi peneliti dan subjek yang ditelitinya dengan  teknik wawancara mendalam secara “bebas” (Gubrium et.al., 1992: 1577). Dalam sosiologi, penelitian ethnografis mulai berkembang pada akhir 1960an-1970an ketika metodologi survey dan dasar filosofis pendorongnya menjadi sasaran kritik (Goldthorpe, 2000: 65).

Continue reading “METODE PENELITIAN KUALITATIF”

EVALUASI PELAYANAN REFERENSI

MAKALAH EVALUASI DAN PENGUKURAN PERPUSTAKAAN

EVALUASI PELAYANAN REFERENSI

 

Diajukan kepada Dosen Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Tugas

Matakuliah Evaluasi dan Pengukuran Perpustakaan

Dosen Pembimbing

Nuryudi, M.LIS

 

uin logo

Oleh:

Nita Adiyati (1111025100079)

Arik Suprapti (1111025100063)

 

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Keberadaan perpustakaan di era modern ini sudah menjadi sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat yang “haus” terhadap informasi dan pengetahuan. Sebagai agent of change, perpustakaan ditantang agar selalu mengutamakan kepentingan pengguna dan memenuhi kebutuhan informasi mereka. Perkembangan trend dan inovasi seperti e-learning, peralatan mobile, pesan singkat (instant messaging), layanan online, dan jejaring sosial merupakan dasar perubahan sistem layanan informasi yang diselenggarakan perpustakaan, yakni dari sistem konvensional menuju ke sistem elektronik.

Perubahan sistem layanan informasi tersebut juga berdampak pada layanan referensi. Widyawan (2012) mengatakan bahwa perubahan layanan referensi sebagai dampak kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi akan berpengaruh pada sistem layanan, perilaku pengguna, sumber-sumber referensi, dan infrastuktur perpustakaan. Melalui layanan referensi ini, perpustakaan dituntut untuk menggali, menelusur keberadaan informasi dari mana saja, menyuguhkan dalam format cetak atau non cetak sesuai dengan permintaan pengguna. Format yang diminta juga dapat berkisar dalam bentuk data bibliografi, catatan hingga ringkasan, laporan, ulasan maupun tabulasi.

Evaluasi pelayanan referensi berarti proses penilaian terhadap pelayanan referensi yang diberikan oleh pustakawan referens kepada pemustaka. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana mengevaluasi pelayanan referensi bagi pemustaka.

Rumusan masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan Pelayanan Referensi?
  2. Apa saja Metode yang digunakan dalam Evaluasi Referensi?
  3. Apa saja Sumber Referensi?

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Definisi Pelayanan Referensi

Lasa (1990) mengatakan bahwa menurut bahasa, referensi berarti rujukan atau acuan. Menurut istilah, referensi adalah petunjuk daftar atau katalog yang memberikan pengarahan kepada pemustaka. sedangkan menurut KBBI, pelayanan merupakan perihal, atau cara melayani. Dengan kata lain pelayanan referensi merupakan bantuan yang diberikan kepada pemustaka secara perorangan ketika dia mencari informasi. Bantuan ini dilakukan oleh pustakawan terlatih khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, baik secara langsung bertatap muka, melalui telepon, maupun secara elektronik. Pustakawan tidak hanya menjawab pertanyaan substantif, tetapi juga membimbing pemustaka untuk memilih dan menggunakan sarana yang tepat untuk penelusran informasi. Pustakawan mengarahkan pemustaka ke sumber informasi, membantu mereka mengevaluasi, bahkan merujuk pada sumber diluar perpustakaan kegiatan ini disebut pelayanan referensi.

Pelayanan referensi mempunyai sejarah cukup panjang. Sebelum tahun 1850, perpustakaan di Amerika Serikat hanya terbatas pada kampus, pemerintah dan sebagian kecil masyarakat. Para sejarawan referensi seperti Bunge dan Bopp (2001) dan Tyckoson (2001), merujuk pada artikel Green (1876), menyatakan tiga prinsip referensi, yakni informasi, petunjuk dan pengajaran.

  1. Prinsip informasi dijabarkan dalam bentuk layanan meja informasi (information desk) yang berfungsi sebagai layanan rujukan cepat (quick reference) yang bersifat real time. Layanan rujukan cepat adalah layanan referensi yang diberikan kepada pengguna perpustakaan yang datang langsung maupun tidak langsung, dengan metode tatap muka (interface) atau via-online (email, chatting, dan telepon).
  2. Prinsip petunjuk layanan perpustakaan disediakan dalam format konvensional (manual). Petunjuk layanan konvensional diwujudkan dalam bentuk papan petunjuk lokasi koleksi dan cara akses katalog/OPAC perpustakaan.
  3. Prinsip pengajaran diwujudkan dalam bentuk bimbingan pemakai, bimbingan literatur, dan diklat penelusuran informasi. Dengan memanfaatkan fasilitas dan ketersediaan sumber-sumber referensi perpustakaan yang ada, pustakawan referen harus mampu melayani kebutuhan informasi pemustaka secara maksimal.

Tujuan layanan referensi adalah untuk memenuhi kebutuhan pemustaka mencakup mencari informasi dan menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan. Sedangkan fungsi layanan referensi adalah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para pengguna dengan tepat, memberikan bimbingan dalam menggunakan layanan referensi sesuai dengan yanng dibutuhkan pengguna dan pengarahan dalam menjelaskan cara menggunakan perpustakaan maupun koleksi referensi.

Pemustaka berinteraksi dengan pustakawan untuk menyelesaikan kebutuhan informasi menggunakan berbagai metode: secara langsung di perpustakaan,lewat telepon, melalui e-mail, melalui pesan singkat (sms), dan lain sebagainya. Pemustaka membutuhkan informasi yang lebih akurat. Tapi hal yang penting adalah kemampuan pemustaka berkomunikasi dan berinteraksi dengan pustakawan referensi untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Continue reading “EVALUASI PELAYANAN REFERENSI”

Biografi dan Pemikiran Tokoh Filsafat Islam : Ibnu Sina, Imam Ghazali, dan Ibnu Rusyd

MAKALAH

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TOKOH FILSAFAT ISLAM

 uin logo

 

Disusun oleh :

Nita Adiyati   (1111025100079)

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013

KATA PENGANTAR

 Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, Segala puji serta keagungan hanyalah semata milik Allah Ta’ala, seluruh shalawat dan salam semoga tetap dilimpah curahkan kepada junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad saw. Juga tak lupa pula kepada keluarganya serta para sahabat yang selalu menaati dan melaksanakan ajaran beliau.

Makalah yang berjudul “ Biografi dan Pemikiran Tokoh Filsafat Islam “ ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah Pemikiran Islam dijurusan Ilmu Perpustakaan. Penyusun mencoba untuk membahas sebuah makalah yang berjudul “ Biografi dan Pemikiran Islam” adapun Tokoh pemikiran Islam yang akan kita bahas yaitu Ibnu Sina, Imam Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Tujuannya agar kita bisa mengetahui dan mengerti perkembangan pemikiran Islam melalui kajian Tokoh –tokoh Pemikiran Islam dibidang Filsafat.

Pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Semoga pembaca dapat memanfa’atkannya. Tentu penyusun sangat memerlukan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih.

 

Ciputat, 29 Maret 2013

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

Pembicaraan tentang Filsafat Islam tidak bisa terlepas dari pembicaraan filsafat secara umum. Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yang berkesinambung di seluruh jagad raya ini.

Filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo, berarti Cinta (loving), sedangkan sophia atau sophos, berarti pengetahuan atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi, Filsafat secara sederhana berati cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan. Pengertian cinta yang dimaksud adalah dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau mendalami hal yang diinginkan. Demikian juga yang dimaksudkan dengan pengetahuan, yaitu tahu dengan  mendalam  sampai keakar-akarnya atau sampai kedasar segala dasar.[1] Secara simpel dapat dikatakan, Filsafat adalah hasil proses berfikir rasional dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis, menyeluruh (universal), dan mendasar (radikal).[2]

Pandangan bahwa Filsafat adalah usaha rasional dengan metode deduktif analogis menjadi paradigma yang digunakan untuk melihat Filsafat Islam. Karena itu, filsafat Islam hanya dinisbatkan pada Filosof Muslim. Dengan demikian Filsafat Islam terlihat tak berbeda dengan Filsafat Yunani atau Barat  dan menyunat segala yang tidak terkait dengan usaha rasional. Filsafat Islam dikawasan Arab dan Timur dianggap mati setelah berangus Al-Ghazali dengan takafut al-falasifah-nya. Selanjutnya Filsafat Islam berkembang di Barat dan berpuncak ditangan Ibnu Rusyd.[3]

Jelaslah bahwa Filasafat Islam merupakan hasil pemikiran Umat Islam secara keseluruhan. Pemikiran umat Islam  ini merupakan buah dari dorongan ajaran Al-Qur‘an dan Hadis. Kedudukan akal yang tinggi dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut bertemu dengan peranan akal yang besar dan Ilmu pengetahuan yang berkembang maju dalam peradaban umat lain, terutama peradaban Yunani, Persia, dan India. Dengan kata lain Umat Islam merupakan pewaris tradisi peradaban ketiga bangsa tersebut, yang sebelumnya telah mewarisi pula perdaban bangsa sekitarnya seperti Babilonia, Mesir, Ibrani dan lainnya.

Continue reading “Biografi dan Pemikiran Tokoh Filsafat Islam : Ibnu Sina, Imam Ghazali, dan Ibnu Rusyd”